A.M.
Hendropriyono nama lengkapnya adalah Abdullah Mahmud Hendropriyono lahir di
Yogyakarta 7 Mesi 1945, adalah Kepala Badan Intelijen Negara Kabinet Gotong
Royong. Sejak 1948, A.M. Hendropriyono tinggal di Jakarta. Doktor dalam bidang
ilmu Filsafat dari Universitas Gadjah Mada ini dikenal sebagai pengamat
terorisme. Lewat karyanya, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, mantan
kepala Kepala BIN ini berusaha menjelaskan secara rinci bahwasannya gerakan
terorisme tidak hanya terjadi pada Dunia Islam semata namun juga ada di antara
kaum fundamentalis agama-agama lainnya seperti Yahudi dan Kristen.[1]
A.M.
Hendropriyono adalah lulusan Akademi Militer Nasional Magelang angakatan tahun
1967. Dan pada pertengahan April 2010, dia menjadi komisaris di PT Carrefour
Indonesia.[2]
Riwayat
pendidikan A.M. Hendropriyono tergolong panjang. Pada tahun 1958 ia belajar di
SR Muhammadiyah Jakarta, SMP Negeri V Jakarta tahun 1961, SMA Negeri 2 Bagian
B/Ilmu Pasti Jakarta tahun 1964, Sarjana Administrasi Negara STIA LAN RI,
Jakarta tahun 1985, Pascasarjana Administrasi Niaga Universitity of the City
Manila Philippina 1994, Sarjana Hukum Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM),
Jakarta 1994, Sarjana Ekonomi Universitas Terbuka (UT) Jakarta 1995, Sarjana
Tehnik Industri Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Bandung 1995,
Pascasarjana Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM) tahun 1996, dan Doktor dalam
ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2009.
Selain
itu, A.M. Hendropriyono juga mengikuti pendidikan militer, di Akademi Militer
Nasional pada tahun 1967 di Magelang, Australian Intelligence Course
Woodside 1971, US Army General Staff College Fort Leavenworth USA
1980, Sesko ABRI 1989 lulus terbaik di bidang akademik dan nilai terbaik kertas
perorangan dengan anugerah Karya Wira Nugraha, KSA VI Lembaga Ketahanan
Nasional tahun 1995, Khusus: Penembak Mahir Pistol kelas II dan Senapan kelas I
Pusat Pasukan Khusus TNI AD, Terjun Bebas Militer, Kualifikasi Keterampilan
Militer Para-Komando.
Abdullah
Mahmud Hendropriyono banyak menghabiskan masa hidupnya di bidang kemiliteran.
Selain di dunia kemiliteran, ia juga aktif di bidang perdagangan, Hendropiryono
tercatat pernah menjadi Sekretaris Pengendalian Operasi Pembangunan
(Sesdalopbang) pada 19 Desember 1997 turut melepas ekspor perdana kedelai jenis
edamame ke Jepang yang dilakukan PT Mitra Tani 27 sebanyak 43 ton. Sejak tahun
1994 hingga 1997, PT Mitra Tani 27 telah melakukan uji coba ekspor produknya ke
Jepang. Menurut Hendropriyono, ekspor kedelai ini merupakan prestasi, sebab
pasar di Jepang dikenal paling sulit menerima produk dari negara lain.[3]
Kini,
Hendropriyono banyak bergelut dalam dunia penanggulangan terorisme. Ketika
ditanya mengenai aktivitas terorisme di Indonesia, dia mengatakan bahwa jika
diibaratkan sebuah pohon, teroris itu daun, akarnya adalah ideologi, dan tanah
habitatnya sehingga ideologi menjadi hal yang harus diperhatikan karena itu
dasarnya.
Oleh
karena itu, menurut A.M. Hendropriyono salah satu faktor berkembangnya
teroris selain ideologi yang sangat kuat yaitu peperangan yang terjadi di Timur
Tengah seperti Afghanistan dan Palestina. Di samping itu, mantan Kepala BIN ini
juga memberikan apresiasi kepada kepolisian yang telah berkomitmen dalam
memberantas teroris. Menurutnya, pergerakan teroris setelah kematian Noordin
M.Top dan terakhir tertangkapnya Abdullah Sonata merupakan sebuah prestasi bagi
kepolisian, sehingga dengan prestasi ini teroris tumbuh aga lebih lambat, hal
ini menandakan bahwa kegiatan anti teror yang dilakukan Densus 88 Mabes Polri
sangat efektif.
Menurut
Hendropriyono, teroris sekarang telah merubah strateginya dengan fokus kepada
sasarannya dengan strategi pembunuhan yang sebelumnya menggunakan pengeboman.
Para teroris merubah strateginya karena dari sisi metode menggunakan bom
semakin tidak populer sehingga masyarakat semakin membenci.[4]
[1]
A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta:
Kompas, November 2009).
[2] Firdaus, Arie;
Maria Hasugian, ”Chairul Tanjung Beli Carrefour”, Koran Tempo, 17
April 2010
[3]
“Dilepas, Ekspor Perdana Kedelai Jenis Edamame”, Kompas, Sabtu 20
Desember 1997, hlm. 8.
[4]
http://www.tempo.co/read/news/2010/07/16/063263897/Hendropriyono-Teroris-Melemah-Setelah-Noordin-Mati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar