Laman

Rabu, 08 Januari 2014

A.M. Hendropriyono



A.M. Hendropriyono nama lengkapnya adalah Abdullah Mahmud Hendropriyono lahir di Yogyakarta 7 Mesi 1945, adalah Kepala Badan Intelijen Negara Kabinet Gotong Royong. Sejak 1948, A.M. Hendropriyono tinggal di Jakarta. Doktor dalam bidang ilmu Filsafat dari Universitas Gadjah Mada ini dikenal sebagai pengamat terorisme. Lewat karyanya, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, mantan kepala Kepala BIN ini berusaha menjelaskan secara rinci bahwasannya gerakan terorisme tidak hanya terjadi pada Dunia Islam semata namun juga ada di antara kaum fundamentalis agama-agama lainnya seperti Yahudi dan Kristen.[1]
A.M. Hendropriyono adalah lulusan Akademi Militer Nasional Magelang angakatan tahun 1967. Dan pada pertengahan April 2010, dia menjadi komisaris di PT Carrefour Indonesia.[2]
Riwayat pendidikan A.M. Hendropriyono tergolong panjang. Pada tahun 1958 ia belajar di SR Muhammadiyah Jakarta, SMP Negeri V Jakarta tahun 1961, SMA Negeri 2 Bagian B/Ilmu Pasti Jakarta tahun 1964, Sarjana Administrasi Negara STIA LAN RI, Jakarta tahun 1985, Pascasarjana Administrasi Niaga Universitity of the City Manila Philippina 1994, Sarjana Hukum Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM), Jakarta 1994, Sarjana Ekonomi Universitas Terbuka (UT) Jakarta 1995, Sarjana Tehnik Industri Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI) Bandung 1995, Pascasarjana Sekolah Tinggi Hukum Militer (STHM) tahun 1996, dan Doktor dalam ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 2009.
Selain itu, A.M. Hendropriyono juga mengikuti pendidikan militer, di Akademi Militer Nasional pada tahun 1967 di Magelang, Australian Intelligence Course Woodside 1971, US Army General Staff College Fort Leavenworth USA 1980, Sesko ABRI 1989 lulus terbaik di bidang akademik dan nilai terbaik kertas perorangan dengan anugerah Karya Wira Nugraha, KSA VI Lembaga Ketahanan Nasional tahun 1995, Khusus: Penembak Mahir Pistol kelas II dan Senapan kelas I Pusat Pasukan Khusus TNI AD, Terjun Bebas Militer, Kualifikasi Keterampilan Militer Para-Komando.
Abdullah Mahmud Hendropriyono banyak menghabiskan masa hidupnya di bidang kemiliteran. Selain di dunia kemiliteran, ia juga aktif di bidang perdagangan, Hendropiryono tercatat pernah menjadi Sekretaris Pengendalian Operasi Pembangunan (Sesdalopbang) pada 19 Desember 1997 turut melepas ekspor perdana kedelai jenis edamame ke Jepang yang dilakukan PT Mitra Tani 27 sebanyak 43 ton. Sejak tahun 1994 hingga 1997, PT Mitra Tani 27 telah melakukan uji coba ekspor produknya ke Jepang. Menurut Hendropriyono, ekspor kedelai ini merupakan prestasi, sebab pasar di Jepang dikenal paling sulit menerima produk dari negara lain.[3]
Kini, Hendropriyono banyak bergelut dalam dunia penanggulangan terorisme. Ketika ditanya mengenai aktivitas terorisme di Indonesia, dia mengatakan bahwa jika diibaratkan sebuah pohon, teroris itu daun, akarnya adalah ideologi, dan tanah habitatnya sehingga ideologi menjadi hal yang harus diperhatikan karena itu dasarnya.
Oleh karena itu, menurut  A.M. Hendropriyono salah satu faktor berkembangnya teroris selain ideologi yang sangat kuat yaitu peperangan yang terjadi di Timur Tengah seperti Afghanistan dan Palestina. Di samping itu, mantan Kepala BIN ini juga memberikan apresiasi kepada kepolisian yang telah berkomitmen dalam memberantas teroris. Menurutnya, pergerakan teroris setelah kematian Noordin M.Top dan terakhir tertangkapnya Abdullah Sonata merupakan sebuah prestasi bagi kepolisian, sehingga dengan prestasi ini teroris tumbuh aga lebih lambat, hal ini menandakan bahwa kegiatan anti teror yang dilakukan Densus 88 Mabes Polri sangat efektif.
Menurut Hendropriyono, teroris sekarang telah merubah strateginya dengan fokus kepada sasarannya dengan strategi pembunuhan yang sebelumnya menggunakan pengeboman. Para teroris merubah strateginya karena dari sisi metode menggunakan bom semakin tidak populer sehingga masyarakat semakin membenci.[4]

[1] A.M. Hendropriyono, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, (Jakarta: Kompas, November 2009).
[2] Firdaus, Arie; Maria Hasugian, ”Chairul Tanjung Beli Carrefour”, Koran Tempo, 17 April 2010
[3] “Dilepas, Ekspor Perdana Kedelai Jenis Edamame”, Kompas, Sabtu 20 Desember 1997, hlm. 8.
[4] http://www.tempo.co/read/news/2010/07/16/063263897/Hendropriyono-Teroris-Melemah-Setelah-Noordin-Mati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar