Abu
Khalis adalah pemimpin Negara Islam Indonesia (NII) untuk wilayah Sumatera dan
memiliki hubungan erat dengan Pepi Fernando, yang merupakan otak perencanaan
aksi teror bom buku dan bom Serpong. Ia divonis hukuman penjara selama 18 tahun
oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat.[1] Kelompok Abu Khalis masih memperjuangkan berdirinya negara
Islam. Target-target kelompok Abu Khalis terbilang masih bersifat domestik,
seperti polisi, politisi, lembaga hukum dan lainnya.[2] Abu Khalis merupakan orang asli Peureulak, Aceh Timur, dan
ia juga mempunyai rumah di Ciputat dan dekat dengan mahasiswa.[3]
Kelompok
Abu Khalis berada di bawah jaringan Jama’ah Islamiyah (JI) dan Al-Qaeda, yakni
kelompok Tanzim Khoidatul Jihad dan Taufiq Bulaga. Dua kelompok ini memiliki
ciri khas menggunakan peledak berkekuatan high explosive. Menurut
pengamat terorisme Al Chaidar, bahwa kelompok Abu Khalis adalah salah satu
kelompok teroris di Indonesia, meski sudah mulai terungkap dan tertangkap
sebagian anggota jaringan ini masih hidup dan merupakan ring of fire yang
masih berbahaya.[4]
Menurut
Al Chaidar, jaringan terorisme yang beroperasi di Indonesia ini memiliki
hubungan yang kurang harmonis dengan masyarakat di sekitar, misalnya, enggan
bergaul, jarang berkomunikasi dengan tetangga dan tidak aktif dalam kegiatan di
masyarakat. Dan faksi Abu Khalis ini masih sangat berkonsentrasi dengan
kegiatan internal mereka itu sendiri.[5]
Selain
itu, Abu Khalis juga diyakini mendoktrin Pepi Fernando, terpidana bom buku
ketika di Aceh, karena Pepi sering bepergian ke Aceh untuk keperluan membuat
film dokumenter tentang tsunami di Aceh pada tahun 2004. Namun dia sendiri
enggan mengungkap detail pasti tujuannya ke tanah Rencong itu. Pepi hanya
menyebut kepergiannya ke Aceh untuk keperluan berladang. Pepi memang dikenal
penganut Islam fanatik. Dirinya tak segan-segan menolak bersentuhan tangan
dengan perempuan yang bukan muhrimnya. Dia juga jarang memandang mata lawan
bicaranya. Pihak kepolisian menyebut Abu Khalis merupakan salah satu tokoh yang
diduga menjadi pelaku penembakan di Bank CIMB Niaga di Medan, Sumatera Utara
pada 18 Agustus 2010. Abu Khalis juga menjadi mentor pelatihan militer di Aceh
dan beberapa aksi teror di Indonesia.[6] Kemudian, pada tahun 2008, Pepi Fernando sangat intensif
mengaji dan bersilaturahmi di rumah Abu Khalis, di sana Pepi mulai mempelajari
buku-buku yang mengajarkan jihad, dan beberapa di antaranya adalah,
Masterplan Al-Qaeda 2020, Kontra Intelijen Amerika, 12 Jilid Tarbiyah
Jihadiyah karangan Syekh Abdullah Azam, dan Tiga Arsitek Jihad.[7]
Abu
Khalis adalah pemimpin NII (Negara Islam Indonesia) yang banyak mendoktrin
teroris-teroris muda seperti Pepi Fernando, terduga teroris yang merencanakan
peledakan di Serpong, dan peledakan bom rakitan di Jalan Nusantara Raya RT 04
RW 13 Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, Jawa barat 2012 yang merusakn
rumah dan melukai empat orang lainnya.[8] Dan fakta lain menunjukan bahwa Abu Khalis juga merupakan
pemimpin Darul Islam (DI) di Kuala Lumpur, Malaysia. Dan Abu Khalis dinyatakan
telah meninggal dunia belum lama ini.[9]
[1]
http://news.detik.com/read/2011/04/27/151941/1626786/10/polri-pepi-fernando-pernah-masuk-nii
[2] http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/525874/
[3]
http://www.starbrainindonesia.com/site/mpm/5833/otak-pengeboman-serpong-diindoktrinasi-di-aceh
[4]
http://www.mediaindonesia.com/read/2012/09/09/346223/284/1/Chaidar-Sebut-Sembilan-Kelompok-Teroris-Terus-Aktif-dan-Berbahaya
[5]
http://rri.co.id/v2/index.php/berita/32360/Mengenal-Lebih-Dekat-Ciri-Khas-Jaringan-Terorisme#.ULtG2-Rg9e8
[6]http://www.mediaindonesia.com/index.php/read/2011/04/26/220916/284/1/Otak_Pengeboman_Serpong_Diindoktrinasi_di_Aceh
[7]
http://tempointeraktif.com/khusus/selusur/generasi.baru.teroris/page04.php
[8] http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/100530
[9]
http://www.starbrainindonesia.com/site/mpm/5833/otak-pengeboman-serpong-diindoktrinasi-di-aceh
Abu
Hajer al-Iraqi memiliki nama asli Mamdouh Mahmoud Salem adalah insinyur
kelistrikan dan mantan perwira militer Irak yang bergabung dengan jihad di
Afghanistan dan menjadi penasehat dekat Osama bin Laden
di Sudan.[1]
Abu
Hajer al-Iraqi lahir di Sudan pada tahun 1958. Ia adalah termasuk salah satu
peserta dalam pertemuan untuk rencana pendirian organisasi al-Qaeda bersama
dengan Osama bin Laden, Mohammad Atef (Abu Hafs al-Misri), Ayman al-Zawahiri,
Jamal al-Fadl, Wael Hamza Julaidan, dan Mohammed Loay Bayazid serta delapan
orang lainnya pada 11-20 Agustus 1988.[2]
Pada
tahun 1990, Abu Hajer al-Iraqi melakukan perjalanan ke China, Jepang, Hongkong
dengan tujuan untuk merekrut militan serta membeli peralatan komunikasi begi
pemerintah Sudan. Pada akhir tahun 1993 atau awal 1994, Abu Hajer al-Iraqi
bertemu dengan Amin Abdel Maraouf untuk membahas senjata kimia, saat itu
Abu Hajer al-Iraqi ditemani oleh Jamal al-Fadl.[3]
Abu
Hajer al-Iraqi menjabat sebagai kepala komite fatwa Al-Qaeda meskipun ia tidak
mempunyai berlatar belakang pendidikan teologi, dan ia telah mengelurkan dua
pendapat tafsir yang membenarkan kekerasan terhadap pasukan Amerika Serikat dan
pembunuhan terhadap orang-orang yang tak bersalah.[4]
Pada
16 September 1998, Abu Hajer al-Iraqi ditangkap di Munich, Jerman.[5] Kemudian ia diekstradisi ke Amerika Serikat karena terlibat
dalam pemboman keduataan basar Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, Abu Hajer
al-Iraqi dijatuhi hukuman 32 tahun atas berbagai tindakan kejahatan yang
dilakukannya.[6] Sejak di penjara, Abu Hajer al-Iraqi berkali-kali mencoba
melakukan pelarian diri, selain itu juga, Abu Hajer al-Iraqi kerap melakukan
percobaan pembunuhan terhadap seorang sipir atau penjaga penjara di Amerika
Serikat dengan sisir yang ditajamkan.[7]
Abu
Hajer al-Iraqi alias Mamdouh Mahmoud Salem adalah salah satu pendiri Al-Qaeda,
dan bertugas mentransfer dana kepada para militan dan juga berpartisipasi
sebagai perancang dalam peristiwa serangan 11 September 2001, yang memakan
korban jiwa tidak kurang dari 3000 orang dan ratusan orang yang menderita
trauma, luka dan cacat seumur hidup,[8] serta ia terlibat dalam berbagai aksi terorisme lainnya.
[1] Lawrence Wright, Sejarah Teror: Jalan Panjang Menuju 11
September, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 468.
[2] http://www.justice.gov/usao/iln/indict/2002/02cr892.pdf
[3]
http://www.scribd.com/doc/16981200/T1-B24-Various-Interrogation-Reports-Fdr-4298-FBI-Investigation-Source
[4] Lawrence Wright, Sejarah Teror: Jalan Panjang Menuju 11
September, hlm. 468.
[5] Lihat dalam:
http://www.9-11commission.gov/report/911Report.pdf
[6] Lihat dalam:
http://cns.miis.edu/reports/pdfs/binladen/indict.pdf
[7] Lawrence Wright, Sejarah Teror: Jalan Panjang Menuju 11
September, hlm. 468.
[8] Solahudin, NII Sampai JI, Salafy Jihadisme di Indonesia,
(Jakarta: Komunitas Bambu, 2011), hlm. 44.
Abu
Dujana alias Mahmudi Yusron alias Pak guru, Mas Ud, Thorim, alias Sobirin atau
Dedi.[1] Abu Dujana lahir di Cianjur, Jawa Barat pada 20 Agustus
1969 atau 1970. Dia adalah anak ke-8 dari 9 bersaudara. Abu Dujana dikenal
sebagai salah satu yang paling cerdas di antara saudara-saudaranya. Pria
kelahiran Jawa Barat tampaknya memiliki hubungan keluarga dekat dengan tokoh
gerakan DI (Daru Islam).
Abu
Dujana ditangkap pada 9 Juni 2007 silam. Ia adalah seorang tersangka teroris,
yang oleh Polri disebut sebagai seorang ahli merakit bom dan terlibat dalam Bom
Bali 2002, Bom JW Marriott 2003, dan Bom Kuningan. Selain itu, pihak Polri juga
meyakini Abu Dujana telah membantu mengatur pelarian Noordin M Top dan Azhari
Husin.[2]
Abu
Dujana sebenarnya terlahir dengan nama Ainul Bakri. Pada tahun 1980, ia
berganti nama menjadi Abu Dujana dan pergi belajar ke Pakistan pada tahun 1989,
kemudian ia mengikuti pelatihan militer di Afghanistan bersama dengan para
mujahidin yang sedang memerangi Uni Soviet. Di tempat barunya ini, Dujana
memperoleh keterampilan menggunakan senjata, merakit bom, taktik perang, dan
bahkan pernah bertemu Osama bin Laden.[3] Dua tahun kemudian Abu Dujana menjadi guru (ustadz) di
pesantren Lukmanul Hakiem, yang berlokasi di daerah Ulu Tiram, Johor, Malaysia.
Di sana pulalah ia mulai menjalin hubungan dengan Noordin M. Top. Pelaku
pengeboman yang paling dikenal seperti Hambali, Mukhlas, Amrozi, Ali Imron,
Zulkarnaen, Faturrahman al-Ghozi, Dulmatin, Imam Samudra, dan juga Dr. Azhari
sendiri, pernah mengajar atau belajar di pesantren tersebut.[4]
Pada
tahun 1988, ia menikah dengan Sri Mardiyati dan menetap di Dusun Saratan, Desa
Sumber Agung, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah selama tiga tahun.[5] Kemudian pada Oktober 2002, Abu Dujana diangkat menjadi
Sekretaris Markaziyah Jamaah Islamiyah, dan akhirnya, pada awal tahun 2007 Abu
Dujana menjadi buronan kelas wahid dalam daftar buronan yang paling dicari
Polri.
Pada
21 April 2008, Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memvonis Abu Dujana dengan
hukuman 15 tahun penjara karena terbukti menyimpan senjata api dan bahan
peledak serta telah membantu kegiatan terorisme. Dan pada saat yang sama
majelis hakim juga menyatakan bahwa Jamaah Islamiyah (JI) merupakan korporasi
yang terlarang.[6]
Sebelumnya,
dari hasil penelusuran jajaran Pemkab Banyumas, Jawa Tengah terkait riwayat
identitas bahwa Abu Dujana memakai nama Yusron Mahmudi. Ia ditangkap oleh Densus
88 Antiteror Mabes Polri pada 9 Juni 2007 silam, di Desa Kebarongan, Kecamatan
Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah. Warga Desa Kebarongan mengetahui Abu Dujana
mulai menempati rumahnya sejak delapan bulan sebelum penangkapannya. Abu Dujana
tinggal di sana bersama istri dan tiga anaknya, yang masing-masing masih
berusia delapan tahun, lima tahun, dan dua tahun. Abu Dujana mengaku berasal
dari Kuningan, sedangkan istrinya dari Boyolali.[7] Sehari-harinya, Abu Dujana mengaku sebagai pedagang tas,
dan oleh warga desa ia disebut sebagai orang yang pendiam dan aktif dalam
kegiatan keagamaan, dan selain itu, Abu Dujana juga dikatakan sering ke luar
kota dalam waktu yang cukup lama.
Penangkapan
Abu Dujana di saat ia menghadiri Pemilihan Kepala Desa di lapangan Kabarongan,
Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah bersama keluarganya. Saat mereka
meninggalkan lapangan dengan sepeda motor, beberapa orang mengikuti, dan sekita
400 meter dari lapangan, ia ditembak di kakinya.[8]
Pada
saat ditangkap, Abu Dujana diidentifikasi sebagai Mahfud alias Yusron.
Identitas aslinya dipastikan pihak Kepolisian melalui pencocokan sidik jari.[9] Di kalangan para pemburu pelaku teror khususnya Densus 88,
nama dan wajah Abu Dujana sudah tidak asing lagi. Sebagai buron, Abu Dujana
disejajarkan dengan enam buron lain; Zarkasih, Hasan, Rois, Dzulkarnaen, Umar
Patek, dan Dulmatin.[10] Abu Dujana merupakan tokoh kunci dalam tubuh organisasi
Jamaah Islamiyah. Ia dikatakan telah memainkan peran utama dalam serangkaian
serangan bom mematikan di Asia Tenggara.[11] Petualangan Abu Dujana berakhir di Desa Kebarongan,
Kecamatan Kemranjen, Banyumas, Jawa Tengah, pada Sabtu, 9 Juni 2007 silam.[12] Kini, ia divonis dengan hukuman 15 tahun penjara.
[1] http://kompas.com/ver1/Nasional/0706/12/213650.htm
[2] http://kompas.com/ver1/Nasional/0706/12/213650.htm
[3] “Polisi Beberkan Riwayat Abu Dujana”, Kompas,
13 Juni 2007.
[4] ICG, Terorisme di Indonesia: Jaringan Noordin Top (Jakarta-Brussel:
International Crisis Group, 2006), hlm. 3.
[5] Lihat:
http://www.theage.com.au/news/world/indonesian-terrorist-leader-caught/2007/06/13/1181414357576.html
[6]http://news.detik.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/04/tgl/21/time/151209/idnews/926783/idkanal/10
[7] http://www.metrotvnews.com/berita.asp?id=40172
[8] http://kompas.com/kompas-cetak/0706/11/utama/3591213.htm
[9] http://kompas.com/ver1/Nasional/0706/13/111641.htm
[10] “Bunyi Dor pada Hari Pencoblosan”, Majalah
Tempo, No. 17/XXXVI/18 – 24 Juni 2007.
[11] http://news.bbc.co.uk/2/hi/6747349.stm
[12] Jamaah Islamiyah, Titah Mbah dari Bandungan, 16
Juli 2007, dalam:
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2007/07/16/NAS/mbm.20070716.NAS124470.id.html